JAKARTA – PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) atau Merpati Airlines memiliki sejarah panjang dalam pendiriannya sebelum akhirnya diputus pailit pada Kamis (2/6/2022).
Maskapai ini dikenal sebagai maskapai penerbangan nasional yang sahamnya dimiliki sebagian besar oleh pemerintah Indonesia dan telah berdiri pada 1962. Basis operasi maskapai pelat merah ini adalah di Jakarta, Indonesia. Tetapi, maskapai ini banyak mengoperasikan jadwal penerbangan domestik dan juga internasional ke daerah Timor Leste dari pusatnya di bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Awalnya, Merpati memiliki armada jenis de Havilland Otter/DHC-3 empat unit dan Dakota DC-3 dua unit, yang merupakan pesawat hibah dari Angkatan Udara Republik Indonesia (TNI AU). Modal pendiriannya berupa uang rupiah lama senilai Rp10 juta. Para pilot dan teknisi dipasok dari AURI, Garuda Indonesia (dulu Garuda Indonesia Airways), dan perusahaan penerbangan sipil lainnya.
Sebagai direktur utama, ditunjuk Komodor Udara Henk Sutoyo Adiputro (1962-1966), yang membawahi hanya 17 personel. Selang beberapa bulan kemudian, pada 1963, penerbangan Merpati pun tak hanya di Kalimantan, tapi juga menerbangi rute Jakarta-Semarang, Jakarta-Tanjung Karang, dan Jakarta-Balikpapan.
Seiring pertumbuhannya, Merpati kembali memperkuat armadanya dengan tambahan tiga Dornier DO-28 dan enam Pilatus Porter PC-6. Tetapi, beberapa pesawat sebelumnya ada yang tidak lagi mampu dioperasikan sehingga armada efektif Merpati 15 pesawat. Karyawan Merpati pun bertambah menjadi 583 orang.
Lahir untuk mengemban tugas dan misi dari pemerintah. Sejak 1966 Merpati mulai mengkomersialkan diri di bawah Komando Direktur Utama Capt. R.B. Wibisono (1966-1967). Pada masa ini juga, perusahaan menambah luas wilayah operasinya di Papua dan memainkan pembelian tiga pesawat Pilatus Porter. Misinya, berupa penerbangan-penerbangan perintis, tetap dijalankan. Merpati pun menerima bantuan tiga Twin Otter dari PBB.
Pada masa Marsekal Pertama Udara Santoro Suharto (1967-1975), terlihat probabilitas Merpati bisa dapat berdiri sendiri. Maka, pemerintah mengurangi subsidi operasi penerbangan perintis. Namun, ternyata, pengurangan subsidi tersebut menimbulkan masalah keuangan yang cukup pelik karena penerbangan komersialnya belum beroperasi dengan mantap.
Pemerintah turun tangan lagi, dengan memberinya konsesi untuk ikut ambil bagian dalam menjalankan penerbangan jarak jauh (trunk operation), jarak sedang (semi trunk), dan jarak tidak jauh (federline operation).
Maskapai ini juga menerbangi rute internasional, seperti Pontianak-Kuching (Serawak,Malaysia) dan Palembang-Singapura. Selanjutnya, Merpati juga menjalin kerjasama dengan sejumlah perusahaan penerbangan nasional dan internasional.
Dalam meningkatkan pelayanan dan kinerja usaha, Merpati bahkan pernah bekerjasama dengan sejumlah airlines asing, seperti Japan Air Lines, Qantas, Thai Airways International, Lufthansa, Olympic Airways, Trans Australia Airlines, dan China Airlines. Kerjasama tersebut, salah satunya berupa kesepakatan dalam hal ticketing. Dengan memakai tiket Merpati, penumpang mampu terbang dengan airlines asing tersebut.
Sempat Bergabung dengan Garuda
Tahun 1978, keluar PP, yang mengubah riwayat Merpati, yaitu PP Nomor 30/1978. Dalam PP itu, intinya mengharuskan Merpati mengalihkan modal ke Garuda Indonesia. Merpati yang menjadi anak perusahaan Garuda, tetap menjalankan penerbangan perintis, lintas batas, transmigrasi, borongan wisatawan, dan angkutan benda/barang, serta usaha-usaha lainnya. Pola operasi Merpati memang menyelenggarakan penerbangan pada semua jaraingan penerbangan dalam negeri, secara terpadu dan saling mengisi dengan Garuda.
Merpati diputuskan sebagai pendukung operasi penerbangan Garuda di tingkat domestik. Sejumlah armada Garuda pun dialihkan kepada Merpati, antara lain, enam F-28 Mk.3000, 22 F-28 Mk. 4000, dan sembilan DC-9.
Rencana pemisahan kembali dengan Garuda memang menimbulkan banyak masalah yang menghambat operasi Merpati. Sebab hal itu membuat Garuda dan Merpati berlomba di pasar yang sama.
Permasalahan yang terjadi saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Misalnya, penyewaan pesawat yang penuh manipulasi, sewa pesawat yang tidak layak, dan berbagai kelainan lainnya.
Menjelang pemisahan dengan Garuda, Merpati harus makin mengefisienkan diri dan memperbaiki kinerja perusahaan. Namun hal itu belum bisa memecahkan masalah permodalan dan restrukturisasi. Kerugian pun makin membengkak sampai Rp135 miliar dengan penurunan kinerja pelayanan yang seringkali mengecewakan para pelanggannya.
Pada masa itu, Merpati dengan berani mendatangkan A310 dan A300-600 untuk menjelajah rute internasional ke Australia. Penerbangan ini membukukan utang yang tak sedikit. Belum lagi masalah pesawat ATP yang tak lagi laik terbang sehingga grounded, walau tetap harus membayar sewa. Ada lagi Tristar, untuk menggantikan A310, dan kemudian BAe-146-100, yang operasinya hanya "sekejap".
Kerugian Merpati pada semester I/1997 mencapai Rp40,1 miliar. Makin terpuruk pada semester II/1997, saat krisis mulai melanda. Hutang Merpati pun menjadi semakin akbar dari asetnya.
Dengan kondisi itu, Merpati mulai membenahi kinerja operasinya seperti tingkat keselamatan penerbangan makin tinggi dan OTP (On Time Performance) secara perlahan merambat naik.
Namun, tantangan dan ancaman makin kompleks. Di luar, persaingan makin sempit. Selain muncul bersambung airlines swasta yang baru, Garuda pun makin menancapkan keberadaannya di domestik. Banyak karyawannya mencapai 4.300 orang dengan 600 pilot, tapi hanya mengoperasikan 35 pesawat.
Merpati Kini
Tahun 2007, Merpati mulai melaksanakan program revitalisasi dan modernisasi pesawat secara parsial. Merpati sedang bergelut dengan masalah keuangan, terutama armada perintis, dengan memesan 14 pesawat Xian MA60 dari Xian Aircraft China. Merpati juga sempat menyewa 1 ATR 72. Namun kemudian dikembalikan karena dianggap tidak ekonomis (beberapa sumber mencetuskan bahwa ATR hanya disewa sementara, menunggu tambahan MA60). Merpati juga mengumumkan akan memainkan pembelian 11 pesawat 30-kursi untuk rute domestik.
Kemudian, pada 7 Mei 2011 sebuah pesawat Xian MA60 (PK-MZK) jatuh di perairan Kaimana, menewaskan seluruh penumpangnya yang berjumlah 27 orang (21 penumpang dan 6 kru). Kecelakaan ini menambah panjang daftar kecelakaan yang melibatkan armada perintis Merpati.
Kecelakaan terakhir yang dialami Merpati adalah pada 2 Agustus 2009, dimana sebuah Twin Otter jatuh di pegunungan di Papua, menewaskan seluruh 16 penumpangnya (13 penumpang dan 3 kru). Setelah kecelakaan di Kaimana, banyak pihak mempertanyakan keputusan Merpati memainkan pembelian pesawat Xian MA60 tersebut, serta dugaan mark-up dan kolusi yang terjadi saat proses pembeliannya.
Pada Juli 2011, Pemerintah dan DPR menyetujui penyuntikan modal senilai Rp16 miliar ke Merpati dalam APBN 2012.[6]. Kemudian, di bulan Oktober 2011, Pertamina menghentikan pasokan avtur ke Merpati di Surabaya dan Makassar dampak hutang biaya pembelian avtur senilai Rp270 miliar, sehingga menghentikan operasi Merpati dari kedua bandara tersebut.
Pada Maret 2012, Merpati sempat meluncurkan program "Tahun Emas Merpati Nusantara". Agenda peluncuran yang disaksikan langsung oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan dan duta maskapai Merpati Deddy Mizwar ini memberikan garansi OTP (On Time Performance) yang dinamai "On Time Guarantee".
Mei 2012 , Letak tertinggi Merpati yang dipegang oleh Sardjono Jhony dialihkan oleh Rudy Setyopurnomo. Rudy Setyopurnomo ditunjuk langsung oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan untuk mendorong Merpati bisa keluar dari keterpurukan. Sejak dipegang Rudy Setyopurnomo, Merpati melakukan gebrakan-gebrakan seperti menutup 20 rute yang merugi, Website baru, Call Centre 24 Jam dan City Check-in di 9 kota, hingga Kerja Sama Pengangkutan Cargo dengan PT.POS Indonesia dan akan fokus meningkatkan Load Factor menjadi 85 persen yang sebelumnya hanya 69 persen.
Pada Agustus 2013 , Lantaran kondisi nya tak kunjung pulih Menteri BUMN kala itu,Dahlan Iskan menunjuk PPA untuk menyelamatkan Merpati sekaligus mengganti Dirut Merpati yang merupakan mantan Dirops (Direktur Operasi) Merpati Era Rudy Setyopurnomo yaitu Capt Asep Eka Nugroho. Namun kondisi Merpati juga belum ada perubahan yang berfaedah justru Pertamina semakin kesal dengan Merpati lantaran terus menunggak Avtur yang kemudian Pertamina meng-embargo Avtur Merpati di beberapa kota tujuan Merpati seperti Palembang, Lampung, Jakarta, Bandung, Semarang dan Yogyakarta. Untung nya Merpati sedang mampu beroperasi di Hub lain nya yaitu Surabaya, Makassar dan Denpasar.
Desember 2013, 2 unit Armada nya ditarik oleh Lessor karena Merpati menunggak sewa Pesawat 1 B737-300 (PK-MDU) dan 1 B737-400 (PK-MDR). Pesawat ini memperkuat armada Merpati sejak 2012.
Memasuki 2014, Kondisi Merpati belum juga pulih. Merpati disarankan mencari investor strategis untuk membikin anak perusahaan bersama, selain itu Merpati disarankan menjual anak Perusahaan nya MMF (Merpati Maintenance Facility) dan MCS (Merpati Catering Service) ke PPA untuk membayar Gaji Karyawan, Fuel serta Asuransi.
Pada 1 Februari 2014 Merpati menangguhkan seluruh penerbangan dikarenakan masalah keuangan yang bersumber dari berbagai hutang.
Merpati resmi dinyatakan pailit berdasarkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri (PN) Surabaya. Putusan pailit itu ditetapkan dalam sidang pada 2 Juni 2022.
Dalam Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) PN Surabaya, Selasa (7/6/2022), permohonan kepailitan Merpati Airlines diajukan oleh PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) atau PPA pada 25 April 2022 lalu dengan nomor perkara 5/Pdt.Sus-Pailit-Pembatalan Perdamaian/2022/PN.Niaga Sby.
Anitana Widya Puspa
Editor : Amanda Kusumawardhani
Sumber: Bisnis.com 08 Juni 2022 | 13:47 WIB